August 08, 2012

AKU



Mungkin sempat bibirku kelu untuk sampaikan cinta padamu. Dan mungkin sempat tanganku beku untuk sekadar membelai rambutmu kala letih mendera. Aku bukanlah seorang yang pandai bicara, aku bahkan lebih tepatnya seorang yang payah, yang menentukan sikap sendiri pun tak mampu. Tiba saat biru berucap, maka aku tidak akan pernah mendorongmu dengan kata-kata penuh api, tapi akan ku berikan salju agar hatimu yang terluka berhenti menangis. Aku memperhatikanmu dengan seksama, dari wangsa yang mungkin tak kau kenali. Aku berusaha yang terbaik. Aku mengusahakan agar Bahagia, berpihak pada mu. Karena Senyumanmu, isyaratkan kedamaian jiwaku. Aku menangis hanya untuk diri sendiri, meski kadang kau lihat aku menangis, tapi sebenarnya aku lebih sakit dari tampaknya. Saat kau berbicara, berdoa, meratap, termenung, wajahmu ku ukir baik-baik dalam otak. Aku tak punya daya untuk menahan, jika suatu hari nanti, kita memilih jalan lain-lain. Memulai semua kisah dengan orang-orang baru. Aku naif. Aku ingin kita bisa begini terus sampai semua selesai. Aku ingin bisa terus memelukmu. Untuk menulis ini pun, aku lemah guna lisankan padamu. Aku pernah marah, begitu marah padamu. Tapi jika ingat, berapa banyak kisah yang kita bagi bersama, masalah yang kita pikul bersama, sampai tiba di titik ini, amarahku menguap begitu saja, dihisap fajar menyingsing. Di kala kau panggil aku si tak punya hati, sebenarnya aku hanya menahan diriku. Untuk tidak terlalu membiarkanmu menguasaiku, CINTA, jadi ketika waktu terhenti, aku tidak akan berat melepas memori ini ...


Monday, June 27, 2011

No comments:

Post a Comment