February 20, 2013

Cantik

"Ingin lupa tapi tak kuasa
Ingin kembali tapi tak mungkin"

Bergugurlah perlahan
Luruh semua indahnya
Sampai nanti mati sendiri

Seperti saat awal pertama kenal
Tak ada yang istimewa
Meski akhirnya waktu berhasil menghapus logika dan menjunjung perasaan dengan sihirnya
Lalu jadi tak berdayalah aku ditipu hati.

Sampai tiba saat berpisah,
Melepas ingatan atas rajutan mega yang gemilang
Membuang atau mungkin, mengubur lalu kemudian melupakan semua indera tentangmu.

Deru bukan lagi milik ombak
Detak bukan lagi milik jantung
Bintang bukan lagi untuk angkasa
Hijau bukan lagi untuk rerumputan
Karena kau bukan lagi untukku.

Selamat Tinggal.

Des 12 - Feb 13 

(terimakasih untuk inspirasinya, teman seperjuanganku di akhir Desember 2012)

Bintang Jatuh

Kepalaku kosong dilahap ragu
Harap-harapku jadi percaya oleh
Buaian kata-kata pemanis hari-hari di tiap tidur-tidur malamku.
Aku harus selalu dipapah oleh senyum karena kakiku sudah tak mampu berjalan dengan baik lagi
Dihantam bertubi-tubi kenyataan dari bintang jatuh, simbol pengharapanku tentang kamu.
Tubuhku lunglai, lusuh
Napasku berat, dalam, berbunyi 'hing' tiap ku tarik ke dalam rongga dada
karena beribu debu bersukacita
menyanyikanku arya kepayahan.
Menutup pertunjukkan, mereka berbisik pelan ke telingaku,
"Berhenti saja karena kau takkan pernah bisa percaya masa. Masa terus berganti, segala hal terus berubah. Termasuk dia."

Seperti halnya bintang jatuh, terlihat menawan saat ada, tapi pasti bersifat sementara, akan hilang saat bertubrukan menerjang dimensi. Karena dimensi punya perhitungan : waktu.
Aku terkapar.