February 24, 2014

Seharusnya Kau

Semakin aku jauh berlari, semakin aku menua ditelan masa
Maka semakin penuh sadarku,
bahwa apa yg terasa dekat, kadang dlm sekejap bisa jadi asing tanpa tahu apa sebabnya.

Aku menatap ragamu,
Sempurna meski kau tlah bergelut melewati beberapa dasawarsa.
Garis mengurat nampakkan indahmu, pertegas keagunganmu sebagaimana sastra menggambarkan sosokmu dalam tiap helanya.
Aku memaku namamu, tertancap keras di hatiku, meski kadang hatiku harus terseok krn mengejar cintamu

Beberapa cerminan tak mampu lagi kau amati.
Kau punya mata tapi tak berguna.
Kau bicara laksana Dewa, tapi kata-katamu tak berarah.
Kasihmu makin redup, tak terjamah.

Seharusnya kau jadi panutan, bukan malah
Aku yang berusaha meluruskanmu
Seharusnya kau yang menjaga, bukan
Aku yang harus berkorban menyertaimu agar kau tak terluka atas kesalahan yang kau buat.
Seharusnya kau tahu posisimu, bagaimana cara berpikirmu, tindakmu, pada yang bukan sesamamu
Seharusnya kau menenangkan aku, bukan malah menganggu malamku dg khawatirku yang entah kapan membludak
Buat aku gila.



Bali, Februari 2014