April 18, 2015

Tak Kembali

Kebahagiaan perlahan pergi jauh dariku
Wujud tetap dekat hanya saja hati kami sudah tak merapat seperti pagi kemarin
Saat kami hanya sekumpulan bocah pemanjat pohon jambu
Markas kebanggaan masa naif.

Naif pula yang hantarkan aku tegak berdiri,
Bahwa kita akan selalu bersama
Dalam dekap yang tak punya batas.
Hanya saja semakin dewasa, kepala kecil ini semakin sadar bahwa
Abadi hanya ada dalam bahasa dongeng.

Diremuk waktu, aku melihat mereka memilih jalan sendiri
Jalan yang menurut ayah adalah akhir dari wajibnya orang tua pada anaknya
Ayah mengucap syukur, maka bunda menghela lega
Pemandangan ini bagiku absurd.
Bagaimana mungkin kita tak lagi terikat dan punya jalan sendiri?
Ini bukan keadaan yang kondusif
Mereka semakin menjauh dibawa arus masa yang mereka gadang padaku namun nyatanya asing meski dahulu polosku mengamini.

Apa aku juga harus beranjak dari pohon jambu agar tak terlalu kesepian?
Atau sekedar menyiram tanaman sedikit saat matahari beranjak terlelap agar tak kering?

Masalah menghantarkanmu pada korslet berjamaah. Kita tak lagi sama.
Ketakutanku berbuah hasil,
Tak sejalan dalam spekulasi keras kepala.

Selamat Bahagia.

April 18, 2015

April 14, 2015

Cerita di Kepala

Aku memulai semua dari akhir
Berusaha
Menjelajah waktu
Mencarimu dari semak ke semak yang lain
Di antara ilalang kenangan yang asing
Selalu terlihat di ufuk mata tapi tak sempat dikenali.

Aku angkat daguku
Beban terlihat memudar
Gemerlapan menguap dan lalu ditelan arakan awan putih.
Segera akan bertemu,  pikirku.

Menjelang senja kau datang mencariku
Pupil matamu membesar,
Aku tak pernah bisa tahu pikirmu
Karena kau adalah sekumpulan labirin dari serpihan tak lengkap sebuah kesabaran

Masa muda hampir usai ditelan senja
Sekilas kau lenyapkan sebuah tawa dari wajahmu,
Berbalik ketika aku sibuk bicara pada punggungmu
Melihatku sejenak dalam diam lalu berkata,

"Karena kita pada awalnya adalah semu
Berbaris dalam tanya dan ragu.
Percaya menjadi jawaban di sebuah akhir abadi, indah yang tertunda. Jangan berhenti berjuang."

Lalu hanya tangis yang jadi bahasa kita, menutup sebuah senja di akhir sebuah perdebatan.
Sebuah awal yang ku percaya diberkahi Yang Kuasa.

Yk, April 13 2015.