October 22, 2013

Doa


karena kuatnya aku berdiri dengan mudahnya bisa rapuh jikalau Kau berkehendak
maka peluklah dan kuatkan aku melangkah menghadapi dunia, ketika hilir mudik manusia dan keadaan bergilir merampoki kemurnianku

aku pernah berada di suatu ketakutan, penuh tekanan atas pikiranku sendiri
sebelum akhirnya aku berpasrah dan memohon sangat padaMu
di sebuah sore saat aku membuka mata menatap masa

pikiranku lari terbalik
takut kalau-kalau aku pulang dalam keadaan kotor
takut kalau aku hanya bisa mengejar kebaikan berdasar nalar manusiawi
jadi aku putuskan untuk belajar perlahan
mengenalMu bukan hanya sebuah nama dan formalitas
bukan hanya berlari mengingatmu saat nestapa
bukan memujiMu hanya untuk basa basi
tapi datang karena Kau laksana nafas yang ku hirup
Air yang ku teguk
Pelita di sesatku
yang selalu berada di sisiku, tanpa sedikitpun meninggalkan aku meski hanya sekejap
saat kepalsuan dan kebenaran sulit ku pilih,
Kau tetap saja yang pertama tiba untuk membuatku tegar
apapun yang terjadi
meski aku datang sesuka hatiku
mengetuk pintu-pintuMu tidak sesuai jadwal
meski ibadahku belum sempurna,
Kau tetap saja memberiku kesempatan berkali-kali untuk berubah
lebih baik
jauh lebih baik di tiap hembus yang ku buang
agar berguna bagi sesama
tanpa ada saling meluka
tak ada hasad.

Aku merasa amat sangat rendahan
tak ada yang bisa ku banggakan
aku tak ada apa-apanya
seperti debu yang dengan mudah hilang dibawa angin
maka ijinkan aku untuk terus melekat di genggamanMu
agar tak Kau buang jadi bagian yang tak Kau ridhoi jalannya
Na'udzubillahimindzalik.


21 di 21

Gemerlap purnama melukis malam
penggenap keduapuluhku

Hari berlari secepat mata mengerlip
berpendar-pendar lampu-lampu kota asing
tempatku berada
disana disini
warna-warna bertemu menyatu jadi spektrum
Aku hanya bisa meratap sepi
terselip di antara derai keras tawaku

Hari ini aku berganti warna
sudah bukan lagi kabur tak jelas
sudah bukan lagi mencari yang mana yang harus aku tempati
sudah bukan lagi waktu ketika aku harus terjebak pada limitasi
Aku sudah sangat dewasa sekarang
kawan datang dan hilang
bintang berkerlap-kerlip di tempat yang berbeda setiap kali aku menatap
apapun berubah.

Nafas beradu melawan api
saat keinginan ku amini dalam pejam
"Oh Yang Sempurna, tetaplah terus bersamaku."

Tahun ini begitu istimewa
karena aku melawan hatiku sendiri untuk tetap bertahan dan tak lagi kabur dari keadaan
untuk tetap berdiri dengan apa yang aku punya
untuk tetap bangga dengan apa yang sudah aku pilih
untuk menjadi beribu-ribu kilometer dari yang terkasih
untuk menjadi mandiri
untuk menemukan jalur yang benar, yang seharusnya membuatku ada
yang membuatku yakin
atas apa yang aku yakini.

Aku hapus air mataku
agar aku bisa melihat masa depan dengan jelas
Aku hapus peluhku
karena peluh pada akhirnya tak akan sebanding dengan keberhasilan di depan
Aku nikmati sakitku
agar ketika saat kesenangan tiba,
aku tak lupa diri.

Kadang pikiranku sendiri membunuhku dengan teori paradigma muslihat.

tapi aku sudah berjanji agar hidup berguna,

Ketika di masa depan aku membaca lagi rangkaian pikiran ini,
aku harap api antusias takkan pernah padam.
Aku harap aku akan tetap seperti ini ;
Idealis yang penuh sepi tapi tetap tertawa
Seorang yang tak pernah berhenti mengejar matahari
Anak yang akan pulang bawa kebanggaan dan harga diri
Teman yang tak teratur cintanya
Seorang yang selalu membawa senyuman ketika sedang diingat
Konsistensi, harus tetap jaya di tempatnya.

Aku bahagia untuk semua anugerah ini.
Terimakasih Yang Terindah.

Semoga musim semi menyambutku di suatu masa, kelak di duapuluh satu yang akan datang.