May 31, 2014

A Fighter

Aku adalah seorang pribadi terang
Beberapa tahun belakang, aku berhasil melawan rasa takut sendiri
Mengatasi tiap sisi minus dan menjadikannya kebanggaan dalam sekali balikan tangan
Aku adalah jiwa yang gemilang
Berpendar dari dasar samudera, bangkit dari keterpurukan keadaan serta ulah

Aku pernah gagal sebelumnya
Kali ini segenap berani aku rangkul untuk memulainya dari awal
Mengambil resiko atas pilihan yang buat aku gentar saat menyadari
“ Bagaimana jika aku kehilangan?”
Tapi ini sudah aku pilih, menyesal tak ada guna
Hadapi saja, kata sumbu dalam dada
Karena aku seorang berani dan pemimpin dari jutaan sel di dalam tubuhku.

Aku hampir lupa apa yang namanya tenang
Air sudah tak bisa mengajarkanku bagaimana berselancar
Maka saat ini, mungkin
Saat kuatku diadu oleh kenyataan
Ditinggalkan dan meninggalkan.
Memulai dan mengakhiri.

Tuhan, bolehkah aku takut?

Semua yang terlihat setengahnya terasa imajinasi
Seperti dejavu yang scenenya diulang terus-menerus sampai
Aku mual.
Aku ingin menyerah, tapi menyerah dengan rasa terhormat
Tak pernah dibersitkan rasa di terdalamku.
Maka aku, si jiwa petualang
Hanya satu dari triliunan jemaah di dunia
Satu dari himpunan pejuang
Merasa pantas untuk menghadapi semua
Karena aku seorang yang berhak
Memiliki dan menjadi bagian dari
Bahagia yang abadi.

Yogyakarta, 29 Mei 2014

May 08, 2014

Inspi rasi





Ada yang mendesak untuk dibangunkan


Tampak suri dalam jiwa-jiwa lama


Gagal hidup kembali karena beku oleh dinginnya hati


Sesuatu tak terlihat berlari di darahku


Tanganku gemetar seakan terkejut diarahkan


Kuasa diri hengkang digunting batas-batas imaji


Semua benda menari menggila rayakan


Hari-hari hujan cahya matahari


Dan hari-hari penuh warna sebelum pelangi


Aku kembali !

Yogyakarta yang bergelora, 25  April 2014

May 03, 2014

Kepikiran

Ada sekat di antara kau dan aku
Seribu bilik labirin terham[par depan mataku
Batasi tiap lema yang ku kirim untukmu
Jawaban hanya sebaris, berlalu
Entah enyah nilai pesanku padamu
sesaat setelah baris namaku kau tatap
Keadilan aku pertanyakan pada keadaan
Apa aku bersalah hingga atmosfer bergegas hening, lalu kau hilangkan diri
Tenggelam pada orang baru, yang dulu sering kau katakan,
" Mereka berhenti datang saat hujan menerjang "
Kini hadirku melayu tak berhias di lingkupmu
Keterikatan sudah dimatikan
Kau jauh, semakin jauh
Ku harap itu suri.

Spekulasi tak ku rancang, karena aku berlaku tulus
Ini bukan intrik sebuah narasi
Langit terlihat berputar, sisi hatiku ada yang
kosong minta diisi
Aku tak mau mengisi dengan hanya ingatan
Karena mengingat yang telah pergi
itu menyakitkan

Hatiku meminta berhenti
Tapi sakit memaksaku tetap disini


Yogyakarta, 30 April 2014

May 01, 2014

Masih

Aku jatuhkan palu menandai berakhirnya dunia imajinasiku
yang mati dibunuh hadirnya
Realita jadi semakin mendekat,
menukik tajam di tikungan
Masuk dari kelenjar air mata
Tanpa sempat berkedip,
Rasa menusuk tanpa sakit
Membius tanpa kantuk
Buatku meratap saat tak bersua sekejap saja
Rasio tak dibutuhkan, daftar harapan enyah
Rekonstruksi dilakukan dari awal lagi
Dari hal kecil di sudut yang lain
bangunan lama yang telah kita sama-sama pagari hasilnya dahulu
Sedikit terlupakan
Semacam
Amnesia
Mungkin aku yang amnesia.

Mesra aku dengar biru pagi mengejawantahkan hangat
menjelang mentari pulang
Apa yang aku lakukan bisa jadi tak benar
Tapi kebenaran takkan terkuak jika tidak dibongkar
Aku menemukan sumbernya, memutuskan memilihnya
Dan menjalaninya tanpa peduli
berhasil sesuai bahagia atau
meledak bagai molotov



Yogyakarta, April 2014