February 08, 2018

Jam Dinding

Sebuah renungan digantung surya di sela jendela kamar
Mata baru dibuka lima detik, terbangun oleh suara
Detak jam dinding seakan mengeluh dalam putarannya
Mengulang degup yang sama terus menerus
Konsistensi dalam konservatif penuh tiga ratus enam puluh derajat
Di suatu malam saat hujan deras Bulan Desember,
Jam dinding berkeluh lewat aus mesinnya
"Aku sudah letih bekerja sebagai penghantar masa. Namun tak sedikit jua ku kenal baik masa,  sebaik melihat manusia-manusia berkutat dengan dunia.
Aku hanya diperhatikan saat dibutuhkan,  ditepiskan hadirnya saat keasyikan", tersenyum kecut ia bercerita.
"Tak adakah kiranya yang mampu membuatmu bahagia,  jam dinding? Tak semua hal mengecewakan.. " tanyaku pada saat itu.
Sekejap matanya berseri,  gerak gearnya makin cepat berputar
"Harapan. Sebuah harapan di masa depan yang diucap manusia ketika melihatku. Mengharap berkah
Jam dinding ada
Seakan hidup hanya untuk menunggu mati.
Lalu ku lihat asap dari punggungnya
Mengakhiri sebuah cerita.

Yk, November 6 2014

Hari Itu

Hanyutkan aku pada hari dimana hujan tak lagi mendua.
Serentak berlalu di atas kepala
bertubi.
Hari dimana dedaunan rontok dan berjanji setia untuk tak kembali ke dahannya, tanpa sempat bersahut sedikitpun mengucap kata pisah.
Hari dimana segala bara didorong keluar, melesat jauh tak peduli akhir dimana
Hari dimana semua cemasku, gelisahmu, menggelinding bebas di bumi, hingga getar pada tangan tak henti meski dipeluk kepal.
Hatiku tak henti mengiris bayangmu dalam dendam yang memikat.
Hitam berlabuh,  tangis beradu.
Munafikmu gaduh dimakan waktu.


Yk, August 8 2017