April 30, 2018

Marah

Aku marah.
Semua kekecewaan menggerogoti sabarku,
sedikit demi sedikit
Luruhkan semua bendungan karena arus ketidakterimaan ini tak henti mengalir
Alur dari kisah yang tak kunjung henti namun endingnya bisa ditebak.

Bertanya aku padamu,
Atas dasar apa kita harus sebegitu menyedihkannya
Atas hukum apa semua ketidaktahuanku atas tingkahmu menjadi tanggung jawabku ketika resiko menjelma jadi bukit demi bukit tak kunjung tenggelam
Kau menunjuk, setiap aku mengingatkan langkahmu yang terlewat dari kebiasaan
Kau membantah dan berkata:
"Kau tak tahu apa-apa."

Rumah terasa jauh.
Hatiku begitu tak menentu, menangis saja aku
Membuatku lelah
Semua tekanan ini menusuk
Kadang aku bertanya
Kepura-puraan apakah satu-satunya cara untuk hidup?
Meskipun hidup tak pernah membaik,
tapi aku bertahan untuk diriku sendiri.

March 13, 2018
A cold room.

Kerap Sepi



Pernah mencoba sekedar bernyanyi
untuk meretas sepi?
Aku pernah,
Berkidung merengkuh senja
Mengagumimu di balik ilalang
Melukis namamu pada rasi bintang

Bolehkah aku bersandar sejenak di bahumu?
Kadang aku begitu letih berjalan
Melalui semu semu
yang tak enak dipandang
Sepi ini membuat senyum kisut
Euphoriaku surut
Rasaku tak pernah bersaut

Gemar kau berkisah
Ku dengar dengan seksama
Diselipi canda
Kau bersua
Begitu hebat mempunyai aku
Sebagai pendengar berbudi
Meski tak pernah kau pahami
Aku (kerap) merindu
Sendiri.

Maka aku bernyanyi untuk melepas sepi
Bertanya mengapa dan selip tapi
Hatiku tak kuat jika begini.
(Haruskah) aku pergi (?)

Yk, April 28 '18

February 08, 2018

Jam Dinding

Sebuah renungan digantung surya di sela jendela kamar
Mata baru dibuka lima detik, terbangun oleh suara
Detak jam dinding seakan mengeluh dalam putarannya
Mengulang degup yang sama terus menerus
Konsistensi dalam konservatif penuh tiga ratus enam puluh derajat
Di suatu malam saat hujan deras Bulan Desember,
Jam dinding berkeluh lewat aus mesinnya
"Aku sudah letih bekerja sebagai penghantar masa. Namun tak sedikit jua ku kenal baik masa,  sebaik melihat manusia-manusia berkutat dengan dunia.
Aku hanya diperhatikan saat dibutuhkan,  ditepiskan hadirnya saat keasyikan", tersenyum kecut ia bercerita.
"Tak adakah kiranya yang mampu membuatmu bahagia,  jam dinding? Tak semua hal mengecewakan.. " tanyaku pada saat itu.
Sekejap matanya berseri,  gerak gearnya makin cepat berputar
"Harapan. Sebuah harapan di masa depan yang diucap manusia ketika melihatku. Mengharap berkah
Jam dinding ada
Seakan hidup hanya untuk menunggu mati.
Lalu ku lihat asap dari punggungnya
Mengakhiri sebuah cerita.

Yk, November 6 2014

Hari Itu

Hanyutkan aku pada hari dimana hujan tak lagi mendua.
Serentak berlalu di atas kepala
bertubi.
Hari dimana dedaunan rontok dan berjanji setia untuk tak kembali ke dahannya, tanpa sempat bersahut sedikitpun mengucap kata pisah.
Hari dimana segala bara didorong keluar, melesat jauh tak peduli akhir dimana
Hari dimana semua cemasku, gelisahmu, menggelinding bebas di bumi, hingga getar pada tangan tak henti meski dipeluk kepal.
Hatiku tak henti mengiris bayangmu dalam dendam yang memikat.
Hitam berlabuh,  tangis beradu.
Munafikmu gaduh dimakan waktu.


Yk, August 8 2017