malu-malu di balik arakan awan yang beradu
Menuntun batinku mengirim rasa
tuk memuji.
Pernah kau ku sapa lekat,
Saat rehat sejenak
Menunggu bus yang tak kunjung datang
Waktu yang semakin larut
Perasaan campur aduk
Perpisahan yang tak terelak
Waktu yang hampir kadaluarsa di perbincangan kita akhir 2013.
Saat itu musim dingin bertransisi
Aku ingat saat kita harus menutup pintu karena embun mampu menaikkan selimut sampai ke ubun-ubun saat kita terlelap.
Pemanas air tak berguna, jadi besi yang hanya berbunyi nyaring
Hangatnya dimakan dingin
Luruh, ucap selamat tinggal.
Entahlah apa karena hormonku sedang begitu peka karena pengeluaran bulanan,
sampai harus ku tulis semacam sentimental dalam layar.
Namun aku selalu merindukanmu.
Meski takkan pernah kau baca tulisan ini,
Tanpa bisa kau pahami dengan mesin penjelajah mumpuni itu,
Ya, kadang bahasa bisa jadi pembatas untuk sebuah perasaan.
Tapi kenapa bahasa selalu menjadi mediator terbaik dalam memori rindu redam?
Oh, suatu saat kita pasti bertemu.
Mengabadikan rembulan bersama-sama.
Seperti hari itu.
19 Feb 2016.
for T n Y, people who shared moonlight during a chillin December 13 with me. I also miss you, MI team ! #404
No comments:
Post a Comment