Kepalaku kosong dilahap ragu
Harap-harapku jadi percaya oleh
Buaian kata-kata pemanis hari-hari di tiap tidur-tidur malamku.
Aku harus selalu dipapah oleh senyum karena kakiku sudah tak mampu berjalan dengan baik lagi
Dihantam bertubi-tubi kenyataan dari bintang jatuh, simbol pengharapanku tentang kamu.
Tubuhku lunglai, lusuh
Napasku berat, dalam, berbunyi 'hing' tiap ku tarik ke dalam rongga dada
karena beribu debu bersukacita
menyanyikanku arya kepayahan.
Menutup pertunjukkan, mereka berbisik pelan ke telingaku,
"Berhenti saja karena kau takkan pernah bisa percaya masa. Masa terus berganti, segala hal terus berubah. Termasuk dia."
Seperti halnya bintang jatuh, terlihat menawan saat ada, tapi pasti bersifat sementara, akan hilang saat bertubrukan menerjang dimensi. Karena dimensi punya perhitungan : waktu.
Aku terkapar.
No comments:
Post a Comment